BUAT APA
HIDUP?
Karya :
Ria Mawaddah
“The
Ugly Duck” Begitulah orang-orang memanggilku. Rambut diikat dua dengan kacamata
besar dan buku-buku Novel tak penting yang sering kubawa. Yaa hal itu demi
menyelamatkanku dari orang-orang yang membuliku. Setidaknya Aku bisa
menyembunyikan wajah buruk dan hitamku di balik Novel tebal berbahasa asing
itu.
Tak
sampai disitu. Aku setiap hari harus membeli tisu di warung dekat gang kecil
rumahku. Bukan untuk mengelap keringat atau menghapus air mata karena nonton
korea. Tapi demi menyelamatkan gendang telingaku dari suara pertengkaran Ibu
dan Ayahku di setiap harinya. Semua nama hewan dari A-Z selalu mereka ucapkan.
Bahkan, makanpun selalu memakai daun pisang. Yahh, semua piring pecah karena
perkelahian mereka. Entah..Apa hubungan suami istri itu selalu manis di awal
dan selalu pahit di jalan? Aaah, tak pantaslah orang sepertiku berpikir tentang
cinta. Karena Aku bukan pujangga yang gila karenanya.
***
“Hai
Kuper..Serahin tugas loe sekarang atau gue bakalan ceburin loe ke got! Mau?”
Bentak Vera.
“Aaanuu”
“Aahh,,
dasar gagu..Devi..Zata..Cepat bongkar tas anak ini dan kunciin Dia di gudang.
Gerti?
Aku
diseret dengan paksa oleh mereka, sedangkan mereka terwa gembira melihat
penderitaanku. Makhluk seperti apa mereka?
Aku
hnaya bisa menangis di dalam gudang yang gelap ini. Terdengar suara tikus dan
kecoa di daun telingaku yang kecil. Aku tak bisa berbuat banyak. Aku terlalu
lemah. Tapi Aku harus kuat. Hari ini adalah UAS pertama di kampus, Aku harus
keluar dari tempat ini. Akupun berteriak meminta tolong, namun tak ada yang
datang. Hingga beberapa menit kemudian. Sebongkah cahaya mulai terlihat, dengan
bayangan hitam yang samar. Ku gosok kacamataku agar Aku bisa melihat bayangan
tinggi itu. Astagaaaa..Itu Rey! Panggeran Kampus.
“Kenapa
Kau disini?”
Suara
Rey mengagetkanku..”Aanuu,,Aku..Ehmm
“Cepat
keluar ngak baik disini buat gadis kaya’ kamu.”Rey lalu menyodorkan tangannya
dan mengangkatku dari lantai yang penuh debu.
Ampuun..baru
kali ini ada orang yang mengatakan Aku “gadis” apalagi memegang tangaku. Tiba-tiba
jantungku berdegub kencang, seperti ingin meledak saat empat mataku menatap dua
matanya yang sayu. Astaga..Pertanda apa ini Tuhan?
***
Mulai
sejak itu, setiap hariku penuh dengan kekhawatiran. Bukan hanya tentang rasa ini.
Tapi lebih besar dari itu, apa Rey tidak apa-apa setelah memegang tanganku yang
kotor ini? Apa ia tidak alergi atau cacar? Sampai seminggu ini Rey tidak masuk
kelas?
“Hey
Bintang”Sapaan itu meledakkan pertanyaanku.
“Hhhay
Rey.”
“Kau
baik-baik aja kan?”
“Iaa,,Aku
baik.
“Kalau
begitu, ayo kita ke kantin. Kita makan. Anggap aja ini raktiran dariku sebagi
seorang teman.”
“teman?”
“Iaa,
kan kita sekelas. Kau tidak mau berteman denganku?
“Tidak-tidak…Aku
mau..Mau-mau..
***
Sejak
itu, Aku dan Rey mulai berteman baik dan Kita selalu belajar bersama setiap
hari. Aku merasa hidup. Sampai akhirnya hidup itu hancur. Setelah tau Rey
ternyata sudah memiliki pacar dan hanya memanfaatkanku untuk tugas akhirnya.
Aku hanya bisa menangis di pojok kamar. Diiringi dengan suara keras diluar. Dan
segelintir ingatan tentang pembulian yang kualami dan ancaman dari Vera yang
terus membuatku mengacak-acak rabut dan membantingkan kepalaku di tembok.
Biarlah hidupku hancur, kepala ini lebur. Asalkan semua penderitaan dan rasa
sakit ini berakhir, TUHAN..AKU MOHON AKHIRI HIDUPKU.
BUAT
APA HIDUP, jika hanya untuk bernafas. Dan hanya karena nafas itu, Aku dihina
setiap hari, dihianati, dicaci maki. Buat Apa hidup jika hanya karena memiliki
telinga, untuk mendengar suara pertengkaran orang tuaku, buat apa punya kaki.
Jika hanya untuk berjalan dan terus diinjak-injak. Buat apa hidup? Jika hidup
sama halnya dengan mati?
***
“ Ibu mau
ke mana?” Tanyaku sambil menangis.
“Ibu mau
pergi Bintang!Tinggallah dengan Ayahmu yang tukang main perempuan dan
mabuk-mabukan itu! Ibu sudah bosan melihatnya!”Ucap ibu dengan penuh kesal
sambil berjalan menuju pintu.
“Tapi
Bintang ingin ikut Ibu.”Tangisku pecah
“Jangan
seperti anak kecil! Kau anak tak berguna hanya akan merepotkan hidupku. Lebih
baik Kau urus Ayahmu itu!”bayangan itu mulai samar-samar dan hilang. Aku hanya
tak bisa menyeka air mataku yang terus keluar. Aku mengambil kunci motor dan
pergi dari rumah. Aku ingin pergi sejauh-jauhnya. AKU INGIN BUNUH DIRI.
***
“Kakak
mau beli kacang.”suara anak kecil mengagetkan lamunanku di lampu merah.
Aku
enggan melihatnya, karena lampu hijau sudah menyala
“
Kak..mau beli pisangnya?”ucap anak laki-laki dipinggir jalan
“Aku
tidak berminat!Kenapa Kau tak pergi saja!”ucapku kasar, hingga semua orang menatapku
sinis.
“
Kak..kau mau beli…..
“Apa
laaaaaaa.”Suaaraku terhenti melihatnya satu tangannnya yang buntung dan
wajahnya yang tak terurus.
“Berapa
satu dek?”Tanyaku masih sinis
“tiga
lima ribu kak.”Jawabnya.
“Aku
mengambil uang lima ribuan yang tersisa di kantongku. Seburuk apapun Aku hari
ini, Aku tak mungkin tega melihat anak kecil itu.
Aku
akhirnya melihat ke seberang jalan. Ternyata di jalan itu banyak sekali
anak-anak kecil yang membawa nampan dengan kacang dan pisang rebus. Padahal
usia mereka baru berusia 5-6 tahun. Siapa yang tega membuat mereka seperti ini?
“Mmm,,dek,
kakak boleh nanya kan?”tanyaku pada anak perempuan berwajah lusu itu,
“Iya
kak..”
“Siapa
yang menyuruh adik dan teman-teman adik untuk bekerja seperti ini? Apa kalian
tidak sekolah?
“Ibu Kami
kak.”
“Ibu?”
“ Ia,
kami membantu Ibu kami. Sebagian besar kami yatim piatu dan tidak sekolah. Kami
juga tidak punya apa-apa untuk hanya membeli baju, bahkan dapat makan sehari
saja sudah syukur. Kadang juga uang kami diambil preman-preman yang selalu
memalak Kami. Dan sudah sebulan ini, ada lima orang teman Kami yang mati karena
kelaparan dan tabrak lari kak.”
Aku
tak bisa menahan rasa haru dan air
mataku. Apa yang Aku lakukan selama ini? Kenapa Aku begitu tak bersyukur?
Walaupun Orang tuaku bercerai, setidaknya mereka masih hidup. Aku tidak yatim.
Walaupun di sekolah Aku di bully, setidaknya Aku masih sekolah. Walaupun
hidupku terasa buntu, setidaknya Aku masih tidur di kamar dan tidak di jalan.
***
Tangisku
meledak di jalan. Di atas motor yang dibelikan Ayahku. Ya, Ayah..Aku ingin
memeluknya ketika pulang nanti. Akan kubisikan kata”Aku mencintai Ayah.” Walau
bau alkohol di mulutnya selalu tercium, setidaknya Aku tetap bisa mencium bau keringatnya untuk menyekolahkan dan membesarkanku.
Aku tak akan takut lagi pada orang-orang yang membuliku. Aku akan berdiri tegap
menghadapi kehidupan ini karena memang pasti ada yang menghalagi Kita, tapi
tidak dengan mimpi-mimpi Kita. Aku tak butuh laki-laki saat ini, karena Aku
yakin, jika kita mendekatkan diri dengan Tuhan, jodoh yang baik pasti Akan
datang. Iaa Tuhan! Tuhan telah mengajarkanku di jalan..Buat apa Aku hidup?
Untuk siapa Aku hidup..Yaa, Hidup adalah untuk bermanfaat bagi mereka yang ada
di jalan. Untuk mereka yang teralntar dan tidak memiliki harapan.
Yaa,
Aku ingin memberikan harapan itu pada mereka. Karena mungkin orang bisa
bertahan 4 minggu tanpa makan, 4 hari tanpa minum, dan 4 detik tanpa bernafas.
Tapi tanpa harapan, untuk bertahan sedetik saja sangatlah mustahil. Aku akan
menjadi Bintang untuk mereka. Dan Aku akan mulai menata hidup yang lebih baik
mulai dari sekarang.
Selesai
0 thoughts on "CERPEN KEHIDUPAN"