CERPEN KEHIDUPAN

September 14, 2017 0 komentar
BUAT APA HIDUP?
Karya : Ria Mawaddah
“The Ugly Duck” Begitulah orang-orang memanggilku. Rambut diikat dua dengan kacamata besar dan buku-buku Novel tak penting yang sering kubawa. Yaa hal itu demi menyelamatkanku dari orang-orang yang membuliku. Setidaknya Aku bisa menyembunyikan wajah buruk dan hitamku di balik Novel tebal berbahasa asing itu.
Tak sampai disitu. Aku setiap hari harus membeli tisu di warung dekat gang kecil rumahku. Bukan untuk mengelap keringat atau menghapus air mata karena nonton korea. Tapi demi menyelamatkan gendang telingaku dari suara pertengkaran Ibu dan Ayahku di setiap harinya. Semua nama hewan dari A-Z selalu mereka ucapkan. Bahkan, makanpun selalu memakai daun pisang. Yahh, semua piring pecah karena perkelahian mereka. Entah..Apa hubungan suami istri itu selalu manis di awal dan selalu pahit di jalan? Aaah, tak pantaslah orang sepertiku berpikir tentang cinta. Karena Aku bukan pujangga yang gila karenanya.
***
“Hai Kuper..Serahin tugas loe sekarang atau gue bakalan ceburin loe ke got! Mau?” Bentak Vera.
“Aaanuu”
“Aahh,, dasar gagu..Devi..Zata..Cepat bongkar tas anak ini dan kunciin Dia di gudang. Gerti?
Aku diseret dengan paksa oleh mereka, sedangkan mereka terwa gembira melihat penderitaanku. Makhluk seperti apa mereka?
Aku hnaya bisa menangis di dalam gudang yang gelap ini. Terdengar suara tikus dan kecoa di daun telingaku yang kecil. Aku tak bisa berbuat banyak. Aku terlalu lemah. Tapi Aku harus kuat. Hari ini adalah UAS pertama di kampus, Aku harus keluar dari tempat ini. Akupun berteriak meminta tolong, namun tak ada yang datang. Hingga beberapa menit kemudian. Sebongkah cahaya mulai terlihat, dengan bayangan hitam yang samar. Ku gosok kacamataku agar Aku bisa melihat bayangan tinggi itu. Astagaaaa..Itu Rey! Panggeran Kampus.
“Kenapa Kau disini?”
Suara Rey mengagetkanku..”Aanuu,,Aku..Ehmm
“Cepat keluar ngak baik disini buat gadis kaya’ kamu.”Rey lalu menyodorkan tangannya dan mengangkatku dari lantai yang penuh debu.
Ampuun..baru kali ini ada orang yang mengatakan Aku “gadis” apalagi memegang tangaku. Tiba-tiba jantungku berdegub kencang, seperti ingin meledak saat empat mataku menatap dua matanya yang sayu. Astaga..Pertanda apa ini Tuhan?
***
Mulai sejak itu, setiap hariku penuh dengan kekhawatiran. Bukan hanya tentang rasa ini. Tapi lebih besar dari itu, apa Rey tidak apa-apa setelah memegang tanganku yang kotor ini? Apa ia tidak alergi atau cacar? Sampai seminggu ini Rey tidak masuk kelas?
“Hey Bintang”Sapaan itu meledakkan pertanyaanku.
“Hhhay Rey.”
“Kau baik-baik aja kan?”
“Iaa,,Aku baik.
“Kalau begitu, ayo kita ke kantin. Kita makan. Anggap aja ini raktiran dariku sebagi seorang teman.”
“teman?”
“Iaa, kan kita sekelas. Kau tidak mau berteman denganku?
“Tidak-tidak…Aku mau..Mau-mau..
***
Sejak itu, Aku dan Rey mulai berteman baik dan Kita selalu belajar bersama setiap hari. Aku merasa hidup. Sampai akhirnya hidup itu hancur. Setelah tau Rey ternyata sudah memiliki pacar dan hanya memanfaatkanku untuk tugas akhirnya. Aku hanya bisa menangis di pojok kamar. Diiringi dengan suara keras diluar. Dan segelintir ingatan tentang pembulian yang kualami dan ancaman dari Vera yang terus membuatku mengacak-acak rabut dan membantingkan kepalaku di tembok. Biarlah hidupku hancur, kepala ini lebur. Asalkan semua penderitaan dan rasa sakit ini berakhir, TUHAN..AKU MOHON AKHIRI HIDUPKU.
BUAT APA HIDUP, jika hanya untuk bernafas. Dan hanya karena nafas itu, Aku dihina setiap hari, dihianati, dicaci maki. Buat Apa hidup jika hanya karena memiliki telinga, untuk mendengar suara pertengkaran orang tuaku, buat apa punya kaki. Jika hanya untuk berjalan dan terus diinjak-injak. Buat apa hidup? Jika hidup sama halnya dengan mati?
***
“ Ibu mau ke mana?” Tanyaku sambil menangis.
“Ibu mau pergi Bintang!Tinggallah dengan Ayahmu yang tukang main perempuan dan mabuk-mabukan itu! Ibu sudah bosan melihatnya!”Ucap ibu dengan penuh kesal sambil berjalan menuju pintu.
“Tapi Bintang ingin ikut Ibu.”Tangisku pecah
“Jangan seperti anak kecil! Kau anak tak berguna hanya akan merepotkan hidupku. Lebih baik Kau urus Ayahmu itu!”bayangan itu mulai samar-samar dan hilang. Aku hanya tak bisa menyeka air mataku yang terus keluar. Aku mengambil kunci motor dan pergi dari rumah. Aku ingin pergi sejauh-jauhnya. AKU INGIN BUNUH DIRI.
***
“Kakak mau beli kacang.”suara anak kecil mengagetkan lamunanku di lampu merah.
Aku enggan melihatnya, karena lampu hijau sudah menyala
“ Kak..mau beli pisangnya?”ucap anak laki-laki dipinggir jalan
“Aku tidak berminat!Kenapa Kau tak pergi saja!”ucapku kasar, hingga semua orang menatapku sinis.
“ Kak..kau mau beli…..
“Apa laaaaaaa.”Suaaraku terhenti melihatnya satu tangannnya yang buntung dan wajahnya yang tak terurus.
“Berapa satu dek?”Tanyaku masih sinis
“tiga lima ribu kak.”Jawabnya.
“Aku mengambil uang lima ribuan yang tersisa di kantongku. Seburuk apapun Aku hari ini, Aku tak mungkin tega melihat anak kecil itu.
Aku akhirnya melihat ke seberang jalan. Ternyata di jalan itu banyak sekali anak-anak kecil yang membawa nampan dengan kacang dan pisang rebus. Padahal usia mereka baru berusia 5-6 tahun. Siapa yang tega membuat mereka seperti ini?
“Mmm,,dek, kakak boleh nanya kan?”tanyaku pada anak perempuan berwajah lusu itu,
“Iya kak..”
“Siapa yang menyuruh adik dan teman-teman adik untuk bekerja seperti ini? Apa kalian tidak sekolah?
“Ibu Kami kak.”
“Ibu?”
“ Ia, kami membantu Ibu kami. Sebagian besar kami yatim piatu dan tidak sekolah. Kami juga tidak punya apa-apa untuk hanya membeli baju, bahkan dapat makan sehari saja sudah syukur. Kadang juga uang kami diambil preman-preman yang selalu memalak Kami. Dan sudah sebulan ini, ada lima orang teman Kami yang mati karena kelaparan dan tabrak lari kak.”
Aku tak  bisa menahan rasa haru dan air mataku. Apa yang Aku lakukan selama ini? Kenapa Aku begitu tak bersyukur? Walaupun Orang tuaku bercerai, setidaknya mereka masih hidup. Aku tidak yatim. Walaupun di sekolah Aku di bully, setidaknya Aku masih sekolah. Walaupun hidupku terasa buntu, setidaknya Aku masih tidur di kamar dan tidak di jalan.
***
Tangisku meledak di jalan. Di atas motor yang dibelikan Ayahku. Ya, Ayah..Aku ingin memeluknya ketika pulang nanti. Akan kubisikan kata”Aku mencintai Ayah.” Walau bau alkohol di mulutnya selalu tercium, setidaknya Aku tetap bisa mencium  bau keringatnya untuk menyekolahkan dan membesarkanku. Aku tak akan takut lagi pada orang-orang yang membuliku. Aku akan berdiri tegap menghadapi kehidupan ini karena memang pasti ada yang menghalagi Kita, tapi tidak dengan mimpi-mimpi Kita. Aku tak butuh laki-laki saat ini, karena Aku yakin, jika kita mendekatkan diri dengan Tuhan, jodoh yang baik pasti Akan datang. Iaa Tuhan! Tuhan telah mengajarkanku di jalan..Buat apa Aku hidup? Untuk siapa Aku hidup..Yaa, Hidup adalah untuk bermanfaat bagi mereka yang ada di jalan. Untuk mereka yang teralntar dan tidak memiliki harapan.
Yaa, Aku ingin memberikan harapan itu pada mereka. Karena mungkin orang bisa bertahan 4 minggu tanpa makan, 4 hari tanpa minum, dan 4 detik tanpa bernafas. Tapi tanpa harapan, untuk bertahan sedetik saja sangatlah mustahil. Aku akan menjadi Bintang untuk mereka. Dan Aku akan mulai menata hidup yang lebih baik mulai dari sekarang.
Selesai


Share Share Tweet Share

0 thoughts on "CERPEN KEHIDUPAN"

LEAVE A REPLY